Ancaman Sampah Laut Bagi Kesehatan, Keanekaragaman Hayati, dan Ekonomi


Jakarta, Humas LIPI. Perlu diketahui bersama bahwa 80% sampah laut berasal dari daratan, hal ini akan berakibat pada pencemaran air, laut, tanah, udara oleh polusi sampah plastik. Akibat yang lebih parah lag iadalah dari polusi ini akan berdampak bagi kesehatan, keanekaragaman hayati dan ekonomi.

Muhammad Reza Cordova, peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyatakan ancaman pencemaran sampah laut tidak langsung akan dirasakan seperti, perubahan perilaku yang tanpa disadari, adanya gangguan hormon, kelainan genetik, bahkan penyakit kanker dan tidak menutup kemungkinan penyakit yang lebih aneh. “Ada hal yang lebih mengerikan lagi dari sampah plastik yang tidak terurai yaitu terbentuknya mikroplastik. Mikroplastik terdiri dari tiga jenis yaitu mikroplastik yang berada di air, mikroplastik yang berada di sedimen, dan mikroplastik yang berada di ikan,” paparnya dalam webinar Jatuh Cinta (lagi) dengan Bumi Edisi 4 dengan tema “SampahLaut dan Kebangkitan Bangsa” pada Senin (17/5).

Menurutnya, mikroplastik yang berada di dalam perut ikan sejumlah 0,25-1,5 partikel/gram ikan, saat ikan dikonsumsi oleh manusia maka secara tidak langsung telah mengonsumsi mikroplastik yang berada di dalam perut ikan yang kemungkinan juga sudah tercemar dengan polutan lain yang menempel pada mikroplastik tersebut. “Inilah yang dikhawatirkan akan berpengaruh pada kesehatan manusia. Jadi, mikroplastik ini merupakan bom waktu bagi kesehatan umat manusia,” tegasnya.

Dirinya menjelaskan, bahkan pencemaran yang terus terjadi dikhawatirkan akan berakibat terganggunya kekayaan laut Indonesia. “Sejauh ini sudah terjadi kenaikan produksi plastik sekitar 380 mio tons pada tahun 2020 dari 15 mio tons pada tahun 1964. Berdasarkan data UNEP 2018 bahwa terdapat 79% terakumulasi di tempat pembuangan sampah atau berserakan di lingkungan dengan rincian hanya 9% sampah plastik yang dapat didaur ulang dan 12% dengan dibakar. Lebih parahnya lagi lapisan plastik di lapisan sedimen dapat menjadi indikator antroposen yang berakibat pada pencemaran tanah yang berkelanjutan,” ungkapnya

Lebih lanjut Reza menyampaikan, pencemaran plastik juga menyebabkan kerugian ekonomi sebesar $ 13 miliar pada ekosistem laut per tahun. “Sampah plastik laut di Indonesia menurut NPAP adalah 650 ribu ton, sementara menurut World Bank adalah 201-552 ribu ton dan menurut data dari LIPI adalah 270-590 ribu ton,” tegas Reza.

Sebagai informasi, menurut Reza, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.499 dengan panjang garis pantai 108.000 km. 50.875 km2 yang menyumbang 18 % luas  total terumbu karang dunia dan 65 % luas total di Coral Triangle. “Luas mangrove Indonesia 3,49 juta Ha sementara nilai keanekaragaman ekosistem laut lebih dari Rp 1300 trilyun dan ini diharapkan menjadi sumber pangan masa depan,”pungkas Reza.(Rdn/ed:sf)

 

e - Jurnal
Sistem Informasi
Repository Publikasi Terbitan P2O - LIPI
Kolom Dr. Anugerah Nontji

Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI

Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta 14430
Telp. 021 - 64713850
Fax. 021 - 64711948

Copyright@2017 Pusat Penelitian Oseanografi LIPI