Mengenal Lebih Dekat Sosok Peneliti Lamun


Jakarta, Humas LIPI. Udhi Eko Hernawan merupakan seorang peneliti Pusat Penelitian Oceanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sejak tahun 2006 Udhi telah bergabung sebagai peneliti di LIPI. Penelitian Udhi berfokus pada ekologi laut, ekologi lamun, genetik populasi dan pemodelan sebaran spesies. Udhi berpengalaman dengan bahasa pemrograman R terutama di bidang ekologi laut, pemodelan genetika populasi dan sebaran spesies serta analisis genetika, seperti GenClone, Migrate-N, BayesAss, Arlequin dan GenAlex. “Latar belakang pendidikan S1 adalah Biologi UNS, dilanjut pada S2 Marine Biologi Netherland. Dan secara umum mempelajari ekologi sistem yang ada di laut”, jelas Udhi saat menyampaikan sekilas pendidikannya pada acara PodMe Indonesia dengan tema “Me vs Sciences” secara daring pada Rabu (28/4).

Lebih lanjut Udhi mengatakan bahwa penelitiannya lebih fokus lagi pada ekologi populasi seagrass (lamun) tumbuhan yang ada di laut. “Seagrass adalah sejenis  rumput yang sebenarnya di darat mirip dengan ilalang tetapi tumbuhnya di laut,” ungkapnya. Jenisnya di Indonesia ada 16 dan ukurannya kecil seperti jempol jari manusia.”Kenapa tertarik dengan ilmu ini, karena tidak banyak peneliti yang mempelajari ini. Sebagai contoh saja di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI saja, lebih banyak peneliti yang mempelajari ekosistem. Nah ekosistem ini banyak jenisnya ,salah satunya adalah lamun. Karena lamun dilihat dari sisi ilmu pengetahuan banyak sekali manfaatnya,” ungkap Udhi.

“Manfaat lamun itu banyak sekali seperti diantaranya adalah lamun sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dan hewan lain di laut karena lamun menghasilkan O2 dan mampu menyerap CO2. Jadi lamun berfungsi sebagai paru-paru. Jadi lamun membantu mengurangi emisi CO2. Selain itu lamun juga bisa berfungsi sebagai rumah bagi ikan-ikan. Tetapi dari sisi visual , lamun memang tidak menarik,” tegas Udhi. Lamun dapat ditemukan di perairan dangkal karena pada dasarnya lamun membutuhkan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Lamun ditemukan antara 0-5 mater yang merupakan habitat tumbuhnya lamun yang terbaik. Lamun itu berkembang biak dari biji yang terbawa oleh air laut, jadi berbeda dengan seaweed. Karena seaweed berkembang biaknya dengan spora, lanjut Udhi.

Udhi menceritakan pengalaman melakukan suatu penelitian di kedalaman laut. “Kalau penelitian pengambilan data di laut sangat menarik sekali. Karena pekerjaannya lebih sering dilakukan di laut. Tetapi bekerja di laut sering kali terjadi di luar kontrol peneliti, seperti sering terjadi ombak yang besar di luar prediksi peneliti. Dan hal ini merupakan pengalaman yang sangat mendebarkan, tetapi hal seperti itu sering dinikmati saja oleh peneliti. Seringkali juga bertemu biota-biota yang unik di dalam laut. Salah satunya adalah kima raksasa yang terdapat pada laut sekitar Raja Ampat, karena memang lokasi ini memiliki kekayaan biota laut tertinggi”, cerita Udhi.

Dalam melakukan penelitian, Udhi tergabung dalam Ekspedisi Nusa Manggala yang terdiri dari lintas bidang penelitian juga terkadang lintas instansi. Dari hasil ekspedisi yang dilakukan secara bersama menghasilkan hasil penelitian. Jika hasil penelitian tersebut relevan dengan suatu kebijakan pemerintah maka hasil tersebut akan disampaikan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa kehidupan manusia banyak dipengaruhi oleh laut. Maka timbul adanya istilah “No Blue No Life , yang artinya tidak ada laut maka tidak ada kehidupan,” demikian Udhi mengakhiri bincang-bincang ini. (Rdn/Ed: brl,mtr)

 

e - Jurnal
Sistem Informasi
Repository Publikasi Terbitan P2O - LIPI
Kolom Dr. Anugerah Nontji

Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI

Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta 14430
Telp. 021 - 64713850
Fax. 021 - 64711948

Copyright@2017 Pusat Penelitian Oseanografi LIPI