Pengembangan Teknologi Budidaya Kekayaan Laut Untuk Meningkatkan Daya Saing Produk Kelautan Nasional & Industri


 

Jakarta, humas LIPI. Indonesia seperti diketahui merupakan negara kepulauan tersebesar di dunia. Dan kurang lebih 75 % negara Indonesia terdiri dari laut. Oleh karena itu laut mengandung potensi pangan, obat, farmasi dan kosmetika, energi dan sebagainya. “Kandungan laut Indonesia sangat kaya dengan sumber pangan, dimana sumber pangan tersebut mengandung nilai nutrisi, seperti vitamin, karbohidrat, omega pufa, senyawa aktif serta protein,” demikian Ratih Pangestuti, Kepala Balai Bio Industri Laut, LIPI pada webinar Jatuh Cinta (lagi) Dengan Bumi edisi 3, yang diselenggarakan oleh LIPI bekerjasama dengan komunitas Mata Cinta pada Sabtu (17/4). Rumput laut di Indonesia terdiri dari 900 species, dan itu pula yang menyebabkan Indonesia sebagai salah satu top seaweed producers. Tetapi hanya beberapa saja yang memiliki nilai ekonomis. “Rumput laut juga sudah banyak dimanfaatkan bagi kesehatan kulit, hal ini dikarenakan mengandung beragam senyawa bioaktif yang bermanfaat untuk kesehatan kulit perempuan seperti pigmen, polifenol, polisakarids tersilfasi dan sebagainya,”jelas Ratih. Bahkan rumput laut menurut penelitian di Jepang, juga bermanfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh yang sangat diperlukan dalam masa pandemi covid-19 ini.

 

Selain rumput laut menurut Ratih, LIPI juga telah mengembangkan budidaya teripang. “ Teripang telah diperdagangkan di lebih 70 negara, sebagai tujuan utama adalah Tiongkok, Hongkong, Taiwan, Singapura dan Korea. Mayoritas dipasarkan dalam bentuk kering (teripang,bachedemer), tetapi sebagian berupa olahan segar, beku dan hidup,” jelas Ratih. Ekspor Indonesia tahun 2016 adalah 2.003.783 kg dengan nilai US$9.444.780.  Karena itu terjadilah eksploitasi yang semakin parah yaitu berupa penangkapan teripang muda/kecil, beberapa spesies tertentu terancam kepunahan, lanjut Ratih. Karena itulah perlu dikembangkan budidaya untuk menjaga kelestarian teripang.

 

Lebih lanjut Ratih menyampaikan bahwa demi kelestarian teripang tersebut akhirnya dilakukan pendekatan Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA). “ Ada 3 komoditas dalam sistem budidaya ini. Sementara manfaat yang dapat diambil adalah produktivitas lebih baik, ramah lingkungan dan kehidupan yang lebih berkelanjutan. Disamping itu untuk petani juga mendapatkan adanya peningkatan pendapatan. Dalam kegiatan ini teripang yang dihasilkan berupa produk kering,” tegas Ratih. Pengembangan teknologi budidaya rumput laut untuk meningkatkan daya saing produk kelautan nasional dan industri pangan bahari. Hal ini tidak dapat lepas dari adanya usaha untuk pemulihan terumbu karang. “Karena seperti diketahui bahwa ekosistem paling penting di laut diantaranya karang, lamun dan mangrove. Kegiatan konservasi sudah banyak di lakukan, tetapi kerusakan ekosistem terumbu karang terjadi lebih cepat dari kemampuan pemulihannya. Salah satu solusi untuk mempercepat pemulihan kerusakan adalah budidaya/transplantasi terumbu karang.Sejalan dengan kegiatan penanaman transplan, pembuatan Taman Terumbu karang juga dapat digunakan sebagai alternative pengalihan tujuan wisata sehingga dampak kerusakan pada ekosistem hanya bersifat alami,” ungkap Ratih. Dan harapannya lebih banyak lagi masyarakat yang mulai paham untuk lebih mencintai lingkungan demi kesinambungan kehidupan di masa depan. (Rdn/humas)

e - Jurnal
Sistem Informasi
Repository Publikasi Terbitan P2O - LIPI
Kolom Dr. Anugerah Nontji

Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI

Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta 14430
Telp. 021 - 64713850
Fax. 021 - 64711948

Copyright@2017 Pusat Penelitian Oseanografi LIPI