Jakarta, Humas LIPI. Isu global lingkungan hidup telah berubah drastis, sehingga interaksi yang berlangsung di alam tidak selaras dan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem karena faktor alam dan manusia. Gangguan oleh alam baik di darat maupun laut menyebabkan bencana alam yang mengakibatkan kerusakan lingkungan yang berdampak pada kelangsungan hidup manusia. Menyikapi hal tersebut, sebagai bagian dari kontribusi hasil penelitian bidang kelautan dan kebumian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam rangkaian perhelatan Indonesia Science Expo (ISE) 2020 menggelar International Conference on the Ocean and Earth Sciences (ICOES), pada 18-20 November 2020. Tema konferensi “ Ocean & Earth Sciences for Bettetr Human Live with Nature”.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Laksana Tri Handoko, seraya menyapa seluruh peserta konferensi lokal maupun asing, mengatakan senang sekali bisa menyambut peserta, pada rangkaian Indonesian Science Expo (ISE) di acara Konferensi Internasional tentang Ilmu Kelautan dan Kebumian (ICOES) 2020,. “Saya ingin sampaikan terima kasih kepada semua pakar, akademisi, bisnis / industri, organisasi nirlaba, dan peserta yang telah mengikuti acara ini. Kerja sama dan partisipasi Anda sangat besar untuk mewujudkan kolaborasi di masa mendatang. Please stay healthy and happy during this long pandemi,” ujar Handoko.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Ocky Karna Radjasa menyampaikan ICOES 2020 hadir untuk menangani beberapa masalah global terkait dampak manusia pada keseimbangan ekosistem alam. Ia menegaskan, isu pengelolaan lingkungan hidup berkelanjutan di perairan darat, pesisir dan lautan jadi perhatian masyarakat dunia saat ini. “Isu ini berkelanjutan mengingat akan dampak dari permasalahan perubahan iklim, pencemaran lingkungan laut, dan bencana alam,” tutur Ocky. “Ini menjadi tantangan besar bagi manusia yang hidup di bumi tetapi terus berlanjut memanfaatkan lautan dan bumi untuk dapat memerangi dan memecahkan masalah,” lanjutnya
Ocky menjelaskan, dalam mengatasi permasalahan global ini, upaya yang perlu dirujuk adalah mengacu pada program yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Beberapa program global dunia tersebut di antaranya: UN- Sustainable Development Goal 14: Life Below Water; UN-Decade of Ocean Science for Sustainable Development (2021-2030); UN-Convention on Biodiversity Vision on 2050 ‘Living in Harmoni with Nature’; Revision United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) related to Biodiversity Beyond National Jurisdiction. “Program-program ini secara garis besar menjadi acuan untuk mengatasi berbagai masalah global yang berdampak pada keberlangsungan hidup manusia serta lingkungan alam sekitar,” ungkap Ocky.
Hadir sebagai pembicara kunci di bidang kelautan dari Universitas Tokyo-Jepang, Hiroaki Saito, menerangkan kalau ekosistem laut di perairan subtropis dan tropis memiliki ciri khas meningkat pada suhu dan keanekaragaman hayati. “Sehingga diperlulan pengamatan pada saat perubahan musim dalam konsentrasi nutrisi dan biomassa fitoplankton, Di sisi lain, upaya untuk mendeteksi perubahan fisik persediaan hara dan plankton akibat respon cepat organisme pada keadaan suhu tinggi, juga dibutuhkan,” terangnya.
Selanjutnya, Hiroaki memperkenalkan teknik baru eDNA, untuk kegiatan analisis kimia, dinamika fisik ke kimia dan proses biologi kelautan. “ Penerapan metode eDNA untuk memahami dan mendeteksi unsur hara pada ekosistem laut secara keseluruhan,” ungkapnya. Hiroaki mencontohkan penerapan metode ini untuk perairan Indonesia, fokus pada hot spot keanekaragaman hayati, strukturnya sangat komklek,”pungkas Hiroaki. (mtr/ ed: drs)
Sumber : Humas LIPI