Jakarta, Humas LIPI. Isu global terkait pemanasan global merupakan permasalahan ekosistem laut dan pesisir yang menjadi perhatian serius masyarakat dunia. Permasalahan global tersebut akan mengancam keberlangsungan hidup manusia dan lingkungannya. Isu dan masalah global yang komplek membutuhkan pengelolaan serius dengan berbasis pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dan inovatif. Ini menjadi tantangan para ilmuan kelautan di dunia untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk mengulas lebih dalam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam rangkaian perhelatan Indonesia Science Expo (ISE)2020 akan menyelenggarakan International Conference on the Ocean and Earth Sciences (ICOES), pada 18-20 November 2020.
Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, A’an Johan Wahyudi,menerangkan bahwa Dinamika ekosistem laut dan pesisir kaitannya dengan faktor-faktor oseanografi di regional Indo Pasifik merupakan salah satu topik yang di angkat pada konferensi ICOES 2020. Tercatat, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan lautnya 70% diapit oleh Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. “Area tersebut akan terjadi dinamika kaitannya dengan faktor-faktor oseanografi baik oseanografi fisika maupun oseanografi kimia,” ungkapnya dalam science webinar Talks to Scientists “ Ilmu Kelautan dan Kebumian untuk Kelangsungan Hidup Manusia dan Lingkungannya”, pada Selasa (10/11). “Faktor-faktor ini yang akan mempengaruhi dinamika ekosistem baik yang ada di laut lepas maupun dipaparan pesisir,” tambah A’an.
“Pembahasan spesifik, mengulas dampak atau efek dari faktor oseanografi yang berasal dari Samudera terhadap ekosistem-ekosistem laut di Indonesia,yaitu: (1) Arus lintas wilayah dan gelombang internal yang terjadi pada perairan Indonesia; (2). Bagaimana transfer nutrient dan kaitannya dengan oseanografi biologi, kehidupan plankton dan kehidupan biota-biota laut akibat faktor fisik yang terjadi dilaut; (3). Interaksi atmosfir di laut juga akan dibahas kaitannya dengan perubahan iklim,” jelas A’an.
Sisi lainnya, A’an mengungkapkan bahwa lingkungan laut dan pesisir sedang menghadapi ancaman global, seperti: Suhu semakin naik karena pemanasan global, pH semakin menurun (asam) karena meningkatnya CO2, dan kelarutan oksigen yang menurun. “Dapat dipastikan bahwa semua ancaman tersebut akan berdampak pada biodiversitas dan ketahanan ekosistem laut”, ungkapnya.
“Kegiatan riset, pengembangan, dan pengkajian sangat dibutuhkan saat ini, terutama agar kita bisa melakukan pengelolaan laut dan pesisir dengan baik ( SDGs13 Climate Action dan SDGs 14 Life Below Water). Apalagi jika kita lihat, 99% area laut yang dapat dimanfaatkan tidak didukung oleh pengetahuan dasar tentang potensi dan biodiversitas untuk keperluan pengelolaan yang lestari,” pungkas A’an. (ags/ed:mtr)