[ Lihat Poster ] [ Lihat Booklet ]
Dalam rangka ulang tahun yang ke-113, Puslit Oseanografi mengadakan kegiatan ‘Oceanography Science Week 2018’. Kegiatan ini terdiri dari beberapa event yang melibatkan berbagai pihak, seperti pengambil kebijakan, pelaku pasar, dan masyarakat luas. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi wahana komunikasi antara Puslit Oseanografi dengan para pemangku kepentingan termasuk masyarakat luas. Semua komponen kegiatan ini dirancang sedemikian rupa dengan melibatkan pihak eskternal, mulai dari peserta, narasumber sampai partner kerjasama.
Tujuan dilaksanakan Oceanography Science Week 2018 yaitu pertama, mengenalkan capaian signifikan riset Puslit Oseanografi yang relevan dengan isu terkini seperti, kesehatan ekosistem, sampah di laut dan sebagainya ke pemangku kepentingan dan masyarakat luas di Indonesia. Kedua, membuka peluang kerjasama antara Puslit Oseanografi dengan industri pangan fungsional di Indonesia. Ketiga, membuka komunikasi antara pelaku riset dengan pemangku kepentingan berkaitan dengan isu pengelolaan sumber daya pesisir di pulau-pulau kecil terluar. Keempat, membentuk konsep untuk penilaian kesehatan ekosistem di laut, serta memperkuat kapasitas SDM di luar Puslit Oseanografi dalam melakukan monitoring ekosistem di laut
Adapun sasaran yang ingin dicapai yaitu, informasi mengenai kegiatan riset Puslit Oseanografi dapat terpublikasikan di media massa, penandatangan kontrak kerjasama antara Puslit Oseanografi dengan Universitas pelaksana komponen kegiatan COREMAP-CTI dan terbentuknya konsep penilaian kesehatan ekosistem pesisir untuk lamun dan mangrove. Selain itu, diharapkan akan terbentuknya daftar isu strategis dan penting mengenai pengelolaan sumber daya pesisir di pulau-pulau kecil terluar. Terakhir, melatih sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi tentang penilaian stok teripang dan penilaian sampah laut.
Ada delapan acara dalam kegiatan ini yang terdiri dari Pelatihan dan Forum Group Discussion (FGD), pelatihan pengambilan data stok teripang dilaksanakan pada tanggal 19 – 22 Februari 2018. Training monitoring sampah laut terdampar di pantai dan bersih pantai yang dilaksanakan pada 20 – 22 Februari 2018. Forum Group Discussion Pengembangan Indeks Kesehatan Terumbu Padang Lamun dilaksanakan pada 19 – 20 Februari 2018. Forum Group Discussion Indeks Kesehatan Mangrove dilaksanakan pada 19-20 Februari 2018. Acara Diskusi Publik Pengelolaan Sumberdaya Pesisir di Pulau Pulau Kecil Terluar dilakasanakan pada tanggl 20 Februari 2018. Kegiatan Diskusi Publik Hilirisasi Riset Pemanfaatan Sumberdaya Laut dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2018. Sedangkan Kick Off COREMAP 2018 dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2018. Media Briefing dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2018.
Perjalanan sejarah Puslit Osenografi
Menilik sejarah Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Sejak ditetapkan melalui SK Presiden RI No. 10 tahun 1970, Lembaga Oseanologi Nasional berubah menjadi Pusat Penelitian Oseanografi (P2O), resmi terbentuk di bawah naungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dilihat dari kurun waktu sejak SK tersebut dikeluarkan, P2O terlihat masih muda sebagai lembaga riset berwawasan kelautan. Apalagi mengingat luasnya potensi bahari Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Namun jika ditelusuri lebih jauh ke belakang, sejarah dan cikal bakal P2O dimulai pada masa sebelum Proklamasi kemerdekaan RI. Bermula dari berdirinya Visscherij Station De Batavia (Stasiun Perikanan) pada tahun 1905, kegiatan penelitian laut Indonesia mulai berkembang dan ekspedisi bahari banyak dilakukan untuk menjelajahi kekayaan bahari Indonesia.
Jangka waktu 113 tahun (1905 — 2018) cukup panjang untuk sebuah lembaga riset. Institusi ini telah melewati beragam dinamika zaman dan berkembang dari satu bangunan laboratorium sederhana semi permanen riset di Pasar Ikan menjadi empat bangunan gedung bertingkat dengan fasilitas riset lengkap yang menaungi ratusan personel peneliti.
Dengan sejarah panjang, Puslit Oseanografi ikut berkontribusi dalam pembangunan nasional, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan. Misalnya sebagai rujukan mengenai data kondisi ekosistem pesisir dan penentuan kuota perdagangan biota laut. Selain itu, dalam konteks performa riset nasional, Puslit Oseanografi berada pada posisi tertinggi dibanding institusi kelautan nasional lainnya, terutama untuk bidang biodiversitas bahari dan oseanografi merujuk pada hasil Foresight Riset Kelautan, 2020 – 2035. Di tingkat regional, posisi Puslit Oseanografi pada relative competitive advantage (RCA) cukup tinggi khususnya untuk bidang biodiversitas bahari, bioprospeksi bahari, variabilitas iklim, oseanografi, laut dalam, dan pulau kecil.
Agar visi pembangunan maritim nasional tercapai, Indonesia membutuhkan peran dan kontribusi IPTEK kelautan yang besar, signifikan dan nyata. Situasi geopolitik yang strategis dengan kondisi geografis laut Indonesia yang luas dan beragam tipe habitat menjadi tantangan yang berat untuk pengembangan IPTEK bidang kelautan terutama mengenai pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya bahari. Sementara itu, pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya membutuhkan knowledge sharing di antara para pemangku kepentingan. Lembaga riset, seperti Puslit Oseanografi, diharapkan menjalin komunikasi mengenai riset dengan pihak eksternal. Sehingga terdapat titik temu antara pelaku riset dan pengguna hasil riset. Upaya komunikasi seperti ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengembangan IPTEK.
Menyadari itu semua, Puslit Oseanografi tidak berdiri sendiri dalam menjawab tantangan tersebut. Lembaga riset ini harus membangun kerjasama dengan berbagai pihak yang meliputi institusi pemerintah pengambil kebijakan, lembaga pendidikan, pelaku pasar atau industri dan masyarakat luas. Oleh karena itu, kegiatan yang mendekatkan Puslit Oseanografi kepada pihak eksternal tersebut menjadi penting untuk dilaksanakan.
(Meifina,Pranata Humas Muda)